Salah satu slideshow dari sharing saya di #connectgroup kemarin tentang menutup-nutupi diri sendiri dan menjadi orang yang “apa adanya”.
Setidaknya ada 4 kasus yang saya sering lihat sejak 2015 soal ini:
1. Biar dapat lebih banyak engagement + cuan dari iklan, endorsement, dll.
2. Karena takut sama beberapa perusahaan yang membuat mereka menjadi “budak” untuk ditawari berbagai iklan
3. Dapat rating, review, follower, bahkan centang biru bukan karena kepercayaan, tapi cuman karena bisa bayar dengan duit (besar)
4. Menikah dengan brand.
Menikah dengan brand ini tidak harus bicara soal karakter game, komik, fanfiction, dan sebagainya, tapi juga fashion, fitness, apa yang kita pakai setiap hari.
Makanya tak sedikit orang mencari pengakuan di luar, & di dalam AU mereka dengan brand-2 yang berhasil dicintai mereka.
Kita (masih) sama dengan penipu di dunia ini.
Bagaimana solusinya? Sebelum kamu mulai peduli dengan masalah-masalah di luar, mari kita introspeksi diri sendiri.
Banyak orang memalsukan dirinya karena merasa tidak puas dengan identitasnya.
Contohnya, mengapa aku dilahirkan sebagai manusia, bukan robot, kucing, atau beruang?
Banyak orang juga memalsukan dirinya karena marah dan kecewa dengan orang lain yang lebih baik, benar, sempurna…
Banyak orang juga memalsukan dirinya karena khawatir dirinya akan “dirampok” oleh orang lain dalam segi identitas, keberhasilan, dan harta.
Banyak orang juga memalsukan dirinya karena sekedar mau ikut tren, haus dan lapar akan Google AdSense…
Semua ini justru membuat masing-masing kita sebagai penipu terbesar di dunia ini.
Karena para penipu pun juga tidak mau membuka diri sendiri, karena motivasi yang seringkali salah dan ketakutan dan kekecewaan dalam hidupnya.
“Bumi ini keras nak, karena itu lawanlah dengan kekerasan.”
Bagaimana Solusinya?
1. Kita tidak selalu bisa membereskan masalah kita dan orang lain. Tapi kalau kita masih diberi kesempatan untuk hidup, kita masih punya kesempatan untuk menjadi teladan dan mengampuni orang-orang, meskipun mereka masih tetap melakukan kesalahan dan kejahatan kepada kita.
2. Belajar menjadi pribadi yang jujur dan terbuka. Jangan sama seperti penipu yang aelalu berbohong dan menutupi diri sendiri.
Kebetulan pas sesi kemarin saya sharing bahwa “apa adanya”, pribadi yang jujur dan terbuka itu 100% bisa diadopsi sebagai identitas dan senjata kita:
- Tuhan menerima kita apa adanya. Paulus pun berkata, jadilah orang yang hidup apa adanya, seperti pada waktu Allah memanggil setiap dari kita. (1 Korintus 7:17-19)
- Alkitab selalu mengajarkan kita untuk tidak melebih-lebihkan dan menutup-nutupi diri. Contohnya Lukas 14:11 (“Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”) dan Keluaran 20:16 (“Jangan bersaksi dusta terhadap sesamamu”)
- Mungkin Anda bertanya, “berarti bersaksi dusta alias berbohong tentang diri sendiri masih boleh dong?” Kebenaran yang “apa adanya” itu adalah bagian dari senjata kita untuk menghadapi musuh-musuh terbesar dalam hidup kita (Efesus 6)
- “Apa adanya” itu satu-satunya cara untuk membuat kita berdampak sebagai garam dan terang dunia. Matius 5:13 dan Lukas 14:34-35 memperlihatkan pentingnya identitas kita sebagai garam yang tak hanya sekedar mengasinkan, tetapi membantu pertumbuhan (sebagai pupuk). Dan Matius 5:14-16 memperlihatkan bagaimana kita menjadi terang dunia. Kedua hal ini jelas, jika kita mau menjadi pribadi yang berguna, bermanfaat, kita tidak boleh menyamarkan identitas kita sebagai garam dan terang dunia
3. Mencari gambar diri dan visi hidup yang benar. Karena mungkin kita sering mencari harga diri di tempat yang salah—dan kita masih belum puas.
Gambar diri dan visi hidup yang terbaik bisa kita dapat tanpa harus berjuang mencari dengan kekuatan diri sendiri. Cukup dengan berkata “Tuhan, aku mau tahu apa yang Engkau mau melalui aku”.
Dia bukan penipu seperti kebanyakan orang di dunia ini. Dan kalau kamu percaya, Dia pasti menjawab dengan jawaban dan janji terbaik yang kamu bisa pegang seumur hidup.
Terakhir, aku juga mau share soal ini. Thanks for reading!
Leave a Reply