Banyak orang saat ini mati-matian mempertahankan kebebasannya: Kebebasan untuk berpendapat, kebebasan untuk menyatakan siapa dirinya, kebebasan untuk menjauhkan diri, dan kebebasan untuk melakukan kehendaknya.
Ada yang berpendapat, kebebasan itu adalah bebas dari pengaruh alias kontrol dari pihak-pihak lain. Namun, ada yang justru berpendapat kebebasan itu adalah hak kontrol yang kita miliki.
Selama ini kita mendengar bahwa Yesus memerdekakan kita, Yesus membebaskan kita. Namun, setelah kita lama mengikuti Yesus, kita mungkin menyadari bahwa Firman Tuhan adalah Firman yang justru penuh dengan aturan.
Yesus berkata kepada mereka semua, “Jika seseorang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari, dan mengikut Aku.
Lukas 9:23 TB2
Firman ini justru tidak membuat kita bebas! Dan kebenarannya, Tuhan tidak menghendaki kita “bebas” begitu saja, karena Dia tahu ada hal-hal yang jauh lebih berharga daripada memepertahankan kebebasan seperti apa yang sering kita pikirkan.
Mengapa Tuhan tidak memprioritaskan kebebasan?
1. Karena dosa muncul dari kebebasan itu sendiri.
Ada dua jenis dosa pertama yang dicatat di dalam Alkitab. Menurut urutan Alkitab saat ini, Alkitab mencatat dosa Adam dan Hawa pada paling awal (Kejadian 3). Tapi, Alkitab juga mencatat awal dosa malaikat maut Lucifer (Yesaya 14:12-17), yang sebenarnya terjadi jauh lebih awal dari penciptaan Adam dan Hawa.
[12] “Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, Putra Fajar, engkau sudah dihempaskan ke tanah, hai penakluk bangsa-bangsa!
[13] Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku melampaui bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas gunung sidang ilahi, jauh di sebelah utara.
[14] Aku hendak naik melampaui ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Maha Tinggi!
[15] Nyatanya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat terdalam jurang maut.
Yesaya 14:12-15 TB2
Bandingkan dengan:
[4] Tetapi, ular berkata kepada perempuan itu, “Sekali-kali kamu tidak akan mati. [5] Sebaliknya, Allah mengetahui bahwa pada saat kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.
Kejadian 3:4-5 TB2
Ada kesamaan antara kedua dosa tersebut, yaitu mereka sama-sama berencana untuk menjadi bebas dari Tuhan yang menciptakannya. Lucifer (Putra Fajar) berdosa karena ingin meninggikan diri dari Allah, kemudian manusia berdosa karena ingin menjadi seperti Allah.
2. Karena karakter lebih berharga daripada kuasa.
Tuhan sesungguhnya menghendaki kita untuk menggeluti karakter, bukan kuasa, dalam bumi ini.
[26] Berfirmanlah Allah, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara, atas ternak dan seluruh bumi, serta atas segala binatang yang melata di bumi. [27] Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. [28] Allah memberkati mereka dan berfirman kepada mereka, “Beranakcuculah dan bertambah banyaklah. Penuhilah dan taklukkanlah bumi. Berkuasalah atas ikan-ikan di laut, burung-burung di udara, dan atas segala binatang melata di bumi!”
Kejadian 1:26-28 TB2
“Segambar dan serupa dengan Allah” tidak sama dengan “menjadi seperti Allah”. “Segambar dan serupa dengan Allah” berarti kita diciptakan dengan karakter yang sama dengan Allah, tapi “menjadi seperti Allah” berbicara tentang kuasa.
Kita harus paham bahwa kita diberikan otoritas untuk menguasai bumi dan binatang-binatang bumi, tapi kita tidak diberikan otoritas untuk menguasai sesama manusia. Kita bebas untuk saling menguasai binatang, tapi kita tidak bebas untuk saling menguasai manusia.
Selain itu, kalau kita ingin benar-benar ingin menjadi seperti Yesus, kita seharusnya juga mengikuti pemahaman Dia yang satu ini. Kita diciptakan untuk menjaga karakter, bukan menjaga kuasa.
[5] Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, [6] yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, [7] melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
[8] Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
[9] Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, [10] supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, [11] dan segala lidah mengaku, “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!“
Filipi 2:5-11 TB2
3. Karena ada hal-hal yang jauh lebih berharga daripada kebebasan itu sendiri: Buah-buah Roh.
Sekarang, setelah kita menerima Yesus sebagai Raja dan Juruselamat, salah satu tugas terpenting kita adalah menjadi seperti Yesus, mengusahakan diri agar kita segambar dan serupa dengan Tuhan. Kalau kita diberikan kuasa, berkat, dan mujizat dari Tuhan, itu cuman bonusnya. Tapi sudah jelas bahwa Tuhan tidak membebaskan kita agar kita dapat hidup sebebas-bebasnya, namun agar kita hidup penuh dengan karakter Tuhan, lebih penting daripada kuasa Tuhan.
[13] Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. [14] Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!” [15] Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan.
Galatia 5:13-15 TB2
Pada ayat-ayat berikutnya (Galatia 5:22-23), Paulus berbicara tentang sembilan buah Roh Kudus, yaitu:
- Kasih
- Sukacita
- Damai sejahtera
- Kesabaran
- Kemurahan (FAYH: Keramahan)
- Kebaikan
- Kesetiaan
- Kelemahlembutan
- Penguasaan diri
Dalam buah-buah Roh itu tidak disebutkan “kebebasan untuk berekspresi”, “kebebasan untuk mendefinisikan identitas diri”, “kebebasan untuk menyatakan apa yang benar menurut saya akan selalu benar”, dan sebagainya. Mengapa? Karena buah-buah Roh justru membuat kita terus bertahan hidup, sekalipun satu per satu hak kebebasan diambil dari hidup kita.
Yusuf adalah seorang anak Yakub yang dijual sebagai seorang budak, kemudian difitnah dan dimasukkan ke dalam penjara. Bukannya sudah layak bagi Yusuf untuk membunuh dirinya karena kebebasannya yang terbunuh?
Tapi mengapa Yusuf bisa bertahan begitu lama? Selain karena janji dari mimpi-mimpinya, Yusuf sudah memiliki buah-buah Roh di dalamnya sejak detik ia difitnah oleh kakak-kakaknya.
Meskipun hak-haknya dikebiri diambil saat dijual, Yusuf masih dapat melatih penguasaan diri. Dia tidak memberontak untuk keluar dari perbudakannya. Bahkan ia setia dalam pekerjaannya, sampai Tuhan yang sama memberkati keluarga majikan itu.
Meskipun rasa amannya saat dijebloskan ke dalam penjara, Yusuf masih dapat melatih kesabaran dan kesetiaan. Bahkan ia harus menunggu lebih lama karena tukang juru anggur dan roti lupa memberitahukan pesannya kepada Firaun.
Kemudian, saat ia sudah mendapatkan kebebasan sebagai penguasa Mesir, ia masih memiliki penguasaan diri, terus mengandalkan hikmat Tuhan dan tidak menyalahgunakan jabatannya.
Dan terakhir, meskipun ia berhak untuk membalas dendam kepada kakak-kakaknya, ia sudah sangat matang dalam penguasaan diri, dan tetap mencintai keluarga. Justru, dari kisah ini, kita malah menemukan ayat yang sangat kuat:
Memang kamu telah merencanakan (TB: mereka-rekakan) yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah merencanakannya untuk kebaikan, untuk mewujudkan apa yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup banyak orang.
Kejadian 50:20 TB2
Mempertahankan semua ini jauh lebih berharga daripada sekadar mempertahankan kebebasan.
Penutup
[26] Saudara-saudara, ingatlah bagaimana keadaan kamu ketika kamu dipanggil: Menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. [27] Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat. [28] Apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, [29] supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah.
1 Korintus 1:26-29 TB
Saya percaya, orang-orang yang tidak hidup bebas (untuk menjaga kekudusan, menjadi misionaris, dll.) juga akan dipilih Tuhan untuk memalukan orang yang hidup sebebas-bebasnya. Karena menjaga karakter itulah tugas utama kita.
Leave a Reply